Install Web App

Belajar Figma #27 Visual Hierarchy

profil-penulis

Pra Esty Latifa Qolbi

28 April 2025

Apa itu Visual Hierarchy?

Bayangkan kamu sedang melihat poster film. Apa yang pertama kali kamu lihat? Kemungkinan besar, itu adalah judul film. Setelah itu, kamu mungkin melihat gambar aktor utama. Lalu, ada informasi tambahan, seperti tanggal rilis atau rating. Informasi ini disusun dalam urutan agar kamu bisa cepat paham tanpa harus mencari-cari.

Visual hierarchy itu seperti cara kita mengatur urutan informasi atau elemen-elemen desain agar mudah dimengerti. Dengan mengatur elemen-elemen desain berdasarkan kepentingannya, kita bisa membuat desain yang lebih teratur dan jelas. Misalnya, bagian yang paling penting, seperti tombol untuk beli produk di website, harus lebih mencolok agar pengunjung mudah menemukannya.

Prinsip-prinsip Visual Hierarchy:

1. Alignment (Penataan):
Ini tentang bagaimana elemen-elemen diatur. Jika kamu menyusun elemen-elemen secara rapi dan sejajar, maka orang akan tahu kalau elemen-elemen tersebut berhubungan. Misalnya, teks yang sejajar akan dianggap lebih terstruktur dan rapi.

2. Warna (Color):
Warna yang berbeda bisa membuat sesuatu jadi lebih mencolok. Misalnya, kalau tombol "Beli" warnanya merah cerah, orang pasti akan lebih mudah melihatnya daripada tombol lain yang warnanya lebih gelap. Tetapi, warna juga harus cukup kontras agar mudah dilihat oleh semua orang, termasuk mereka yang mungkin mengalami kesulitan penglihatan.

3. Kontras (Contrast):
Kontras adalah perbedaan antara elemen-elemen di desain. Misalnya, kamu bisa memakai warna terang dan gelap berdampingan untuk membuat elemen-elemen itu lebih terlihat jelas. Semakin besar kontrasnya, semakin mudah dilihat dan dibedakan.

4. Proximity (Kedekatan):
Elemen-elemen yang saling berhubungan harus dikelompokkan bersama. Misalnya, jika ada tombol "Tambah ke Keranjang" dan harga barang, kedua elemen ini harus diletakkan dekat satu sama lain agar orang tahu bahwa tombol tersebut terkait dengan harga barang.

5. Ukuran (Size):
Elemen yang lebih besar biasanya lebih menonjol. Misalnya, tombol yang lebih besar biasanya lebih mudah ditemukan dan lebih mudah diklik. Jadi, jika ada tombol penting, buat ukurannya lebih besar agar perhatian orang langsung tertuju ke situ.

6. Tekstur (Texture):
Tekstur itu seperti permukaan benda—apakah permukaannya halus, kasar, atau bertekstur. Dalam desain digital, ini bisa berarti bagaimana suatu elemen terlihat seperti benda nyata. Misalnya, tombol yang terlihat seperti tombol fisik bisa memberi petunjuk bahwa itu bisa ditekan. Namun, penggunaan tekstur harus hati-hati, karena bisa terlihat kuno kalau tidak dipakai dengan baik.

7. Waktu (Time):
Di dunia digital, sesuatu bisa berubah-ubah. Misalnya, animasi atau transisi di aplikasi atau website. Ini memberikan dimensi waktu dalam desain, yang tidak ada di desain cetak. Jadi, elemen-elemen bisa bergerak, muncul, atau menghilang sesuai dengan interaksi pengguna.

Contoh Visual Hierarchy yang Menginspirasi:

Salah satu contoh yang terkenal adalah karya desain Massimo dan Lella Vignelli. Mereka sering menggunakan ukuran dan pengaturan elemen untuk membuat desain mereka lebih mudah dibaca dan dipahami. Misalnya, dalam desain poster, mereka tahu bahwa elemen-elemen yang lebih besar akan menarik perhatian lebih dulu, lalu elemen-elemen kecil seperti detail lainnya bisa dilihat setelahnya.

Tips dari Para Profesional:

1. Kenali Pengguna dan Situasi Mereka:
Saat kamu mendesain, ingat bahwa orang tidak selalu menggunakan perangkat di waktu dan tempat yang sama. Misalnya, apakah mereka sedang terburu-buru atau bisa santai melihat konten? Ini mempengaruhi bagaimana kamu harus mendesain.

2. Pilih Media yang Tepat:
Desain untuk ponsel akan berbeda dari desain untuk papan iklan besar. Di ponsel, elemen yang besar dan mudah diakses lebih penting.

3. Eksperimen dan Uji Coba:
Jangan takut untuk mencoba desain baru. Setelah dirilis, kamu bisa melihat bagaimana orang berinteraksi dengan desain itu dan melakukan perbaikan.

4. Gunakan Spasi Putih:
Terkadang, terlalu banyak elemen justru membuat desain terasa sesak. Gunakan ruang kosong (spasi putih) untuk membuat desain terlihat lebih rapi dan tidak membingungkan.

5. Penyajian Informasi Bertahap (Progressive Disclosure):
Alih-alih memberikan semua informasi sekaligus, coba bagi informasi menjadi beberapa bagian. Ini membantu pengguna tidak merasa kewalahan.

Dengan memanfaatkan prinsip-prinsip visual hierarchy ini, kamu bisa menciptakan desain yang lebih teratur, mudah dipahami, dan nyaman digunakan!

Artikel Lainnya Dengan Kategori Terkait :


1. Belajar Figma #01 Pengenalan figma

2. Belajar Figma #02 Membuat Projek Pertama kali

3. Belajar Figma #03 Shape pada figma

4. Belajar Figma #04 Layer Pada Figma

5. Belajar Figma #05 Boolean Groups

6. Belajar Figma #06 Pengenalan Figma

7. Belajar Figma #07 Merancang Layar Awal Aplikasi di Figma

8. Belajar Figma #08 Desain Logo dan Ikon Pertamamu di Figma

9. Belajar Figma #09 Desain Halaman Galeri & Postingan Foto di Figma

10. Belajar Figma #10 Membuat dan Menguji Prototipe Interaktif di Figma

11. Belajar Figma #11 Penerapan Constraints dalam Desain Tablet & Desktop

12. Belajar Figma #12 Tips & Trik Figma

13. Belajar Figma #13 Mulai Desain Bareng Figma

14. Belajar Figma #14 Etika dalam Desain Digital

15. Belajar Figma #15 Desain yang Aksesibel dan Inklusif

16. Belajar Figma #16 Dasar Design Research dalam Proses Desain

17. Belajar Figma #17 Content Research & Design

18. Belajar Figma #18 Storytelling dalam Desain

19. Belajar Figma #19 Mengurangi Kerumitan Desain

20. Belajar Figma #20 Design Brief

21. Belajar Figma #21 Storyboard UX

22. Belajar Figma #22 Perbedaan antara UI dan UX

23. Belajar Figma #23 Kesederhanaan dalam Desain

24. Belajar Figma #24 Konsistensi dalam Desain

25. Belajar Figma #25 Constraints dalam Desain

26. Belajar Figma #26 Typography

27. Belajar Figma #27 Visual Hierarchy

28. Belajar Figma #28 Prinsip Dasar Desain UI

29. Belajar Figma #29 Cara Membuat Desain Aplikasi dalam 5 Langkah

30. Belajar Figma #30 Minimum Viable Product (MVP)

31. Belajar Figma #31 Rapid Prototyping

32. Belajar Figma #32 Product Design

33. Belajar Figma #33 UI Design

34. Belajar Figma #34 UX Strategy

35. Belajar Figma #35 UX Research

36. Belajar Figma #36 UX Design

37. Belajar Figma #37 Wirefreaming

38. Belajar Figma #38 Style Guide

39. Belajar Figma #39 Design Thinking

40. Belajar Figma #40 Apa Itu Wireframe dan Mock-up?

41. Belajar Figma #41 Human-Computer Interaction (HCI)

42. Belajar Figma #42 Lateral Thinking

43. Belajar Figma #43 Web Design

44. Belajar Figma #44 Human-Centered Design (HCD)

45. Belajar Figma #45 Prinsip Gestalt

46. Belajar Figma #46 Teori Warna (Color Theory)

47. Belajar Figma #47 Apa itu RGB?

48. Belajar Figma #48 Graphic Design

49. Belajar Figma #49 Design Ethics

50. Belajar Figma #50 Inklusi dan Aksesibilitas dalam Design

51. Belajar Figma #51 Design Research

52. Belajar Figma #52 Content Design

53. Belajar Figma #53 Latihan Figma: Cara Menggunakan Desain Sistem yang Sudah Ada

54. Belajar Figma #54 Figma Exercise: Cara Mendesain Resume (CV)

55. Belajar Figma #55 Apa Itu CMYK?

56. Belajar Figma #56 Warna primer

57. Belajar Figma #57 Warna Sekunder

58. Belajar Figma #58 Split-Complementary Colors

59. Belajar Figma #59 Estetika Desain

60. Belajar Figma #60 Warna Monokromatik

61. Belajar Figma #61 Warna Komplementer

62. Belajar Figma #62 Warna Triadik

63. Belajar Figma #63 Color Palette

64. Belajar Figma #64 60 Kombinasi Warna untuk Menginspirasi Desainmu Part 1

65. Belajar Figma #65 60 Kombinasi Warna untuk Menginspirasi Desainmu Part 2

66. Belajar Figma #66 Jenis-Jenis Font Website

67. Belajar Figma #67 Static vs Dynamic Website

68. Belajar Figma #68 Apa Itu Fitts'Law

69. Belajar Figma #69 13 Prinsip Desain Grafis

70. Belajar Figma #70 Simbolisme Warna

71. Belajar Figma #71 Mengenal 25 Warna Merah dalam Desain

72. Belajar Figma #72 Pengenalan Warna Hijau dalam Desain

73. Belajar Figma #73 25 Nuansa Warna Cokelat dalam Desain

74. Belajar Figma #74 Cara Memulai Presentasi: 15 Ide untuk Pembukaan yang Menarik

75. Belajar Figma #75 Website Portofolio

76. Belajar Figma #76 Cara Mendesain Logo dalam 5 Langkah Sederhana

77. Belajar Figma #77 Apa Itu Kerning dan Mengapa Penting dalam Desain Huruf

78. Belajar Figma #78 Golden Ratio (Rasio Emas)

79. Belajar Figma #79 33 font modern untuk meningkatkan desain Anda

80. Belajar Figma #80 35 Font Terbaik untuk Logo

81. Belajar Figma #81 25 Font Terbaik untuk Thumbnail YouTube

82. Belajar Figma #82 Workshop Online

83. Belajar Figma #83 Customer Journey Map

84. Belajar Figma #84 Sprint Retrospective

85. Belajar Figma #85 Swimlane Diagram

86. Belajar Figma #86 Diagram Fishbone

87. Belajar Figma #87 Cara Membuat Flowchart dengan Figma

88. Belajar Figma #88 Diagram UML

89. Belajar Figma #89 Information Architecture (IA)

90. Belajar Figma #90 Grafik Permintaan dan Penawaran

91. Belajar Figma #91 Context Diagram

92. Belajar Figma #92 Entity Relationship (ER) Diagram

93. Belajar Figma #93 Spaghetti Diagram

94. Belajar Figma #94 26 Simbol Flowchart dan Artinya

95. Belajar Figma #95 Network Diagram

96. Belajar Figma #96 17 Jenis Flowchart

97. Belajar Figma #97 5 Langkah Membuat Data Flow Diagram (DFD)

98. Belajar Figma #98 Organizational Chart

99. Belajar Figma #99 Mind Map

100. Belajar Figma. #100 Product Development Roadmap

101. Belajar Figma. #101 Lotus Diagram

102. Belajar Figma. #102 Process Map

103. Belajar Figma. #103 Value Stream Map (VSM)

104. Belajar Figma. #104 Concept Map

105. Belajar Figma. #105 Metode 5 Whys

106. Belajar Figma. #106 Problem statement

107. Belajar Figma. #107 23 Contoh Mind Map & Kegunaannya

108. Belajar Figma. #108 Brainstorming

109. Belajar Figma. #109 Affinity Diagram

110. Belajar Figma. #110 User flow

111. Belajar Figma. #111 60 Ide Presentasi Kreatif dan Tips Desain

112. Belajar Figma. #112 Vision Statement

113. Belajar Figma. #113 Stand-up Meeting

114. Belajar Figma. #114 Project Status Report

115. Belajar Figma. #115 Sprint Planning

116. Belajar Figma. #116 Catatan Rapat

117. Belajar Figma. #117 Icebreaker

118. Belajar Figma. #118 Sprint Review

119. Belajar Figma. #119 Kickoff Meeting

120. Belajar Figma. #120 Team Charter

121. Belajar Figma. #121 Apa itu Forming, Storming, Norming, dan Performing

122. Belajar Figma. #122 30 Ide Aktivitas Team-Building

123. Belajar Figma. #123 Alignment Chart

124. Belajar Figma. #124 User Persona

125. Belajar Figma. #125 Mood Board

126. Belajar Figma. #126 Skala Likert

127. Belajar Figma. #127 Empathy Map

128. Belajar Figma. #128 Use Case

129. Belajar Figma. #129 Strategic Planning

130. Belajar Figma. #130 Rencana Strategis

131. Belajar Figma. #131 Strategy Map

132. Belajar Figma. #132 Proses Manajemen Strategis

133. Belajar Figma. #133 Strategic vs. Tactical Planning

134. Belajar Figma. #134 Agile vs Waterfall Methodologies

135. Belajar Figma. #135 Eisenhower Matrix

136. Belajar Figma. #136 Kanban Board

137. Belajar Figma. #137 Project Proposal

138. Belajar Figma. #138 SWOT Analysis

139. Belajar Figma. #139 Decision Matrix

140. Belajar Figma. #140 Gantt Chart

141. Belajar Figma. #141 Project Charter?

142. Belajar Figma. #142 User Journey Map

143. Belajar Figma. #143 Organizational Chart

144. Belajar Figma. #144 Service Blueprint

145. Belajar Figma. #145 Stakeholder Analysis

146. Belajar Figma. #146 Product Requirements Document (PRD)

147. Belajar Figma. #147 SMART Goals

148. Belajar Figma. #148 Objectives and Key Results OKR

149. Belajar Figma. #149 Competitive Analysis

150. Belajar Figma. #150 Matrix Organization

151. Belajar Figma. #151 RACI Matrix

152. Belajar Figma. #152 Critical Path Method

153. Belajar Figma. #153 Action Plan

154. Belajar Figma. #154 8 Langkah Perubahan ala Kotter

155. Belajar Figma. #155 Go-To-Market (GTM) Strategy

156. Belajar Figma. #156 Pitch Deck

157. Belajar Figma. #157 Vision Statement

158. Belajar Figma. #158 Creative Brief

159. Membuat Konektor di Figjam

Masuk Terlebih dahulu untuk berkomentar

Paling baru
Lihat Lainnya